Bahagia Itu ‘Sederhana’

100_8647

Dua hari yang lalu seorang teman bertanya kepada saya, ‘Apa itu bahagia?’. Spontan saya jawab ‘ketika aku bisa berkumpul dengan keluargaku’. Dia balik bertanya ‘apa kau yakin itu jawaban jujur?’. Saya menggeleng perlahan. Ya, karena kerap kali saya memikirkan tentang hidup yang berkecukupan, bisa beli barang ini barang itu, dan berkumpul dengan keluarga. Itu sebuah definsi ‘bahagia’ yang sejujurnya jauh dari lubuk hati. Temen saya mengangguk. Tidak menyalahkan ataupun membenarkan. Katanya lagi ‘Orang sekarang ini sudah banyak yang materialis.’ Deg! Saya seperti ditampar. ‘Sederhanakanlah bahagiamu. Karena ketika kau berpikir materi akan membahagiakanmu, maka itu tak akan pernah habis’. Dia lantas pergi. Seketika itu saya acuh dengan perkataannya.

Lalu dua hari kemudian, tepatnya hari ini. Hati saya tiba-tiba bertanya. ‘Apa itu bahagia?’ saya merenung untuk waktu yang cukup lama. Ternyata jawabannya cukup sederhana ‘bahagia itu tak perlu kaya’. Kenapa?

Dulu saya berfikir dengan materi yang ‘cukup’ dalam artian apa yang saya inginkan bisa terwujud saya akan merasa bahagia. Baru kemudian saya bisa berkumpul dengan keluarga dan mewujudkan apa yang mereka cita-citakan, itu juga bahagia.

Ternyata sempit sekali pikiran saya.

Kita lihat, manusia itu memiliki hawa nafsu yang cukup besar. Nafsu di sini bukan saya maknai sebagai syahwat. Akan tetapi nafsu ingin memiliki hal-hal yang bebau keduniawian. Kalau definisi orang-orang tentang bahagia –sama seperti saya kala itu, apa tidak mustahil kasus korupsi di Indonesia semakin meningkat. Karena orang-orang berlomba-lomba untuk menambah pundi-pundi mereka sedang kenyataannya tidak sesuai apa yang diharapkan.

Kedua, manusia itu memiliki sifat ‘tidak pernah puas’. Maksudnya ketika ia memiliki sesuatu maka sangat mungkin ia ingin memiliki yang lainnya. So, kalau kita mendefinisikan bahagia karena materi, apa tidak mungkin kita selalu ingin mengganti gadget yang kita miliki sekarang dengan keluaran terbaru karena ternyata teman sebangku memiliki gadget paling up to date. Ini nanti bukannya bahagia malah nambah utang di bank lagi. Selain itu juga berpotensi ‘riya’. Nah, apa nggak bahaya?

Intinya, benar sekali apa yang dikatakan teman saya tadi ‘sederhanakan bahagiamu!’. Lagi pula untuk apa kita susah-susah mencari kebahagian, jangan-jangan bahagia itu justru ada didekat kita. Bisa berkumpul dengan keluarga misalnya. jadi tidak perlu susah-susah punya gadget harga selangit. Apa mobil paling mahal. Apalagi rumah paling mewah.

So, make your life easy! Because to be happy person is easy. Buatlah hidupmu (yang hanya sekali) bahagia. Karena bahagia itu sederhana. Salam sukses! –Han-