Tips: Makan di Restoran Cepat Saji Thailand

pilih
Sumber foto: http://www.google.co.id/ilustrasipilihmakanan

Mengunjungi tempat baru untuk jangka yang cukup panjang memang banyak hal yang harus dipikirkan. Salah satunya soal urusan perut. Yang satu ini mau tak mau menjadi urusan yang cukup serius. Apalagi kebetulan tempat baru yang kita tuju kebanyakan menyajikan masakan yang kurang sesuai dengan lidah orang Indonesia –lidah kaya bumbu dan rempah. Sering kali restoran cepat sajilah yang menjadi alternatif utama soal perut ini.

Kalau kebetulan kamu sedang mengunjungi Bangkok, ada beberapa tips dari saya berdasarkan yang pernah saya alami. Simple. Tapi terkadang menjadi serius kalau akhirnya harus menelan pil kecewa.

Tanyakan soal ke-halal-haraman-nya. Terutama yang Muslim, ya. Soalnya pernah suatu kali ketika jam istirahat, saya dan beberapa rekan mencari makan siang tak jauh dari KBRI, seorang siswa Sekolah Indonesia Bangkok menegur untuk tidak beli di M* ******. Karena tidak semua restoran cepat saji berlabel dari negara Paman Sam tersebut menggunakan bahan makan yang halal. Fix, gagal makan enak.

Pastikan rasanya. Agak susah yang satu ini. Tapi ada cara yang paling aman; pesan yang rasa original. Daripada harus gagal makan padahal sudah nahan lapar. Karena kebetulan saya merasakan hal ini pada perjalanan saya beberapa waktu lalu. Niat beli paket yang lumayan banyak dengan harga yang terjangkau, ternyata pesanan saya rasanya top markotop. Ayam dengan bumbu Thailand yang rasanya entah –ngalor-ngidul.  Hanya saja karena factor kelaparan akhirnya tandas juga isi piring kami.

IMG20151030183945
Makan malam pertama disalah satu fast food pusat perbelanjaan di Bangkok. Sekaligus pengalaman pas salah pesan menu makanan.

Jangan segan untuk tanya. Kata pepatah ‘malu bertanya sesaat di jalan’ ada benarnya. Daripada sakit perut gegara salah makan, tidak ada salahnya jika menanyakan kepada orang lain. Entah teman yang pernah berkunjung ke tempat yang pernah kita kunjungi atau orang Indonesia yang kebetulan berdomisili di sana atau mungkin menanyakannya ke grup traveler atau sejenisnya. Insya Allah, mereka akan membantu kok.

Itu tadi tips untuk hari ini. Semoga bermanfaat.

[Catatan Perjaanan]-Orang Indonesia Doyan Belanja

IMG20151030170708
Nungguin Tuk-Tuk di depan KBRI. Biar kumut-kumut yang penting happy. // Foto milik pribadi.

Hari itu jalanan di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Thailand tampak padat merayap. Masih dengan antusiasme yang cukup besar ditambah perut yang minta diisi nasi, kami tampak sumringah ketika salah seoarang guru menyuruh kami untuk jalan-jalan dan menawarkan diri untuk mencarikan Tuk-tuk. Becak motor berkecapatn tinggi dan bisa dinaiki sampai 5 orang. Kalau di Indonesia sejenis dikenal dengan nama Bemo. Bedanya Tuk-Tuk  samping kanan-kiri dibiarkan terbuka.

Walhasil kami yang masih berseragam –baru selesai serah terima mahasiswa magang dari dosen ke pihak sekolah dan atase pendidikan, dan masih ditemani seorang dosen dan staff dari Kemdikbud akhirnya membelah kemacetan dengan tuk-tuk menuju MBK. Salah satu pusat perbelanjaan yang lumayan terkenal di Bangkok ini. Jaraknya pun ternyata tidak terlalu jauh dengan KBRI maupun apartemen kami.

Pas masuk, ada yang menarik perhatian saya. Pedagang manik-manik, baju, dan beragam jenis barang lainnya bisa berbahasa Indonesia. Usut punya usut, rupanya kebanyakan pelanggan mereka adalah orang Indonesia.

Bah, saya mringis.

Tidak berhenti di situ. Ketika kami terus keliling, kepiawaian pedagang di sana dalam berbahasa Indonesia pun membuat saya semakin merasa; well, we’re shopaholic!

Setelah mendapatkan barang yang diinginkan [ceritanya kan lagi nemenin dosen belanja oleh-oleh] akhirnya saya dan rombongan mencari makan. Ya, karena sejak kemarin belum ada nasi yang masuk [efek jetlag dan males keluar apartemen].

Tapi, guys, ada cerita menarik di balik makan malam pertama kami di negeri gajah ini. Ha-ha-ha. Kalau diinget pahit. Tapi ceritanya terpaksa diputus dulu. Mau ngabuburit. Ada tontonan bagus di kampus. Selamat ngabuburit, deh.

See you….

 

 

 

[Ngabubu-Read]-10 Kutipan Kenapa Membaca Buku Itu Penting

cara-tingkatkan-minat-baca-buku-xdEaAGFgFy
Sumber news.okezone.com

Menurut sebuah laman berita, minat baca masyarakat Indonesia dibanding negara-negara Asia lainnya sangat jauh di bawah rata-rata. Semengerikan itukah? Tapi pada kenyataannya memang begitu. Coba deh tanyakan kepada diri kamu sendiri. Berapa buku yang sukses kamu khatamkan perharinya. Tidak usah perhari, perminggu misalnya. Satu saja belum tentu, kan. Jadi wajar kalau urusan ‘baca-membaca’ ini sepi peminat.

Guys, tahukan kamu ternyata membaca itu wajib kalau kamu ingin maju. Bahkan ada sebuah perkataan ‘kita 5 tahun yang akan datang adalah buku yang kita baca hari ini’. Tak ayal tokoh terkemuka dunia seperti Bill Gates –pendiri Microsoft, sebelum tidur ia selalu meluangkan waktunya untuk membaca.

Kalau belum percaya khasiat membaca, kutipan ini setidaknya mampu mengubah persepsimu soal keharusan membaca.

  1. A house without books is like a room without windows. –Heinrich Mann

Rumah tanpa buku ibarat sebuah ruangan tanpa jendela. Kebayang bagaimana rasanya tinggal disebuah ruangan tanpa jendela, panas, pengap, sesak dan pastinya kamu nggak bakal betah tinggal di sana.

  1. “The more that you read, the more things you will know. ― Seuss

Semakin banyak kamu membaca, semakin banyak hal pula yang kamu ketahui. Percaya deh kalau membaca itu memang banyak manfaatnya. Dr. Seuss saja sampai bilang begitu.

  1. “Books are the quietest and most constant of friends; they are the most accessible and wisest of counselors, and the most patient of teachers.” ― Charles William Eliot

Buku-buku adalah teman yang paling dan selalu ada; gampang diperleh, konselor paling bijak sana dan guru yang paling sabar. Kok bisa? Yang rajin baca pasti paham maksudnya. Yang belum paham sering-sering saja baca.

  1. “Sleep is good, he said, and books are better.” ― George R.R. Martin

Tidur memang bagus, katanya, tapi buku-buku jauh lebih baik. Yang suka tidur, nih. Boleh kok tidur, seperlunya saja. Selebihnya manfaatkan untuk membaca.

  1. “Think before you speak. Read before you think.” ― Fran Lebowitz

Berpikirlah sebelum kamu berbicara. Bacalah sebelum kamu berpikir. Supaya kamu nggak asal ngomong. Baca buku itu harus.

  1. “There are worse crimes than burning books. One of them is not reading them.” ― Joseph Brodsky

Ada beberapa kejahatan yang paling buruk ketimbang membakar buku.  Salah satunya adalah dengan tidak membacanya. Kamu mau dibilang orang jahat gegara malas baca?

  1. “I read a book one day and my whole life was changed.” ― Orhan Pamuk

Suatu hari aku membaca sebuah buku dan hidupku telah berubah. Ternyata membaca buku juga bisa merubah hidup kamu lho.

  1. “Today a reader, tomorrow a leader.” ― Margaret Fuller

Hari ini pembaca, besok seorang pemimpin. Karena menjadi pemimpin itu bukan sekdara bim-salabim. Harus ada usaha. Salah satunya adalah banyak membaca.

Sumber quote http://www.goodreads.com

 

 

[Ngabubu-read]-Untuk Perempuan: Belajarlah Memasak Dari Sekarang

 

ilustrasi-wanita-masak-di-dapur-600x330
Gambar http://www.suararakyatindonesia.org

Masak-memasak mau tidak mau harus melekat dengan identitas seorang perempuan. Meskipun banyak di luar sana laki-laki yang lebih piawai dalam urusan satu ini. Hanya di negara kita saja istri yang baik itu selalu dikaitkan dengan urusan dapur, pandai bersolek dan mengurus anak dll. Kita tidak bisa serta merta menyalahkan apa yang sudah dianut masyarakat kita ini. Hanya saja merubahnya dengan sedikit memberi pengarahan bahwa perempuan tidak harus kok perempuan bisa masak dirasa cukup perlu. Tapi kalau kamu memilih belajar memasak sebagai bagian dari bakti terhadap suami sah-sah saja kok.

Berdasarkan pertanyaan spontan yang saya tanyakan kepada para suami, mereka merasa lebih puas dengan masakan istrinya meskipun rasany pas-pasan ketimbang jajan di restoran mahal. Bahkan ketika suami sedang berulang tahun, memberikan surprise dengan menyuguhkan masakan kesukaanya bisa membuat suami klepek-klepek. Meskipun rasanya biasa saja. Percaya, deh, mereka akan tetap menghargai usaha kamu kok. Memasaknya jangan lupa dengan ‘cinta’. *Tuh, referensi buat perempuan yang akan segera menikah atau baru saja menikah.*

            Ah, susah!

Ribet. Males.

Stt, siapa bilang. Mulailah dari memasak yang sederhana saja. Goreng tempe misalnya. Atau tumis kangkung. Apalagi sekarang banyak dipermudah dengan situs-situs yang menyediakan banyak resep masakan gratis. Contonya seperti diulas dalam artikel sebelumnya. Kunjungi 4 Situs Ini. Hati-hati Skill Memasakmu Bisa Meningkat Drastis

Masih mau bilang nggak bisa masak? Belajarlah memasak dari sekarang!

Kunjungi 4 Situs Ini. Hati-hati Skill Memasakmu Bisa Meningkat Drastis

269
Sumber foto http://www.dapurumami.com

Masak-memasak memang menjadi hal yang menyenangkan bagi sebagian orang –perempuan saja deh, meskipun laki-laki juga banyak. Katanya kepiawaian dalam hal masak-memasak juga menjadi nilai tambah bagi perempuan. Sekalipun hanya telur ceplok [ah, masak]. Nggak percaya? Coba tanyakan calon mertuamu. Ha-ha-ha. Eit, tapi bukan berarti mutlak perempuan itu harus bisa masak, ya. Catat nih para laki-laki. Karena istri bukan koki gratisanmu. Tapi bisa jadi koki kesayanganmu. Maksudnya apa, ya? Maksudnya cari sendiri. 😛
Nah, kalau kamu merasa skill memasakmu biasa-biasa saja atau bahkan kurang, dengan mengunjungi situs-situs ini siap-siap mendapat pujian karena masakmu warbiyasah.
1. Resep Ala Dapur Umami. www.dapurumami.com

Selain menyediakan berbagai resep masakan; mulai dari tumisan sampai resep kue, situs ini juga dilengkapi dengan berbagai tips. Seperti tips memilih sayuran segar, atau membedakan jenis bahan makanan dan lain sebagainya. Tak ketinggalan info produk dan event-event yang digelar pemilik situs website ini juga ada.
Buat kamu yang kebetulan punya resep andalan dan pengen dibagi, juga bisa. Tapi daftar dulu sebagai anggota ya.
2. Resep Ala Bango. www.bango.co.id

Situs ini merupakan milik salah satu perusahaan kecap terbesar negeri ini. Buat kamu yang kepengen masak-memasak berbahan daging atau ikan-ikanan. Situs ini recommended banget! Apalagi resep-resep masakan ala Nusantara. Kita juga bisa lho mencari resep masakan menurut nama dan daerah asal kulinernya. Asyik bukan?
3. Resep Ala Royco. www.royco.co.id

Masak Apa Hari Ini? Sesuai slogannya, situs ini cocok banget buat kamu yang sering kebingungan menuntukan menu masakan harian. Ada banyak resep mulai dari olahan ikan, ayam, jamur bahkan edisi Ramadan pun ada. Tunggu apalagi? Sok di-check.

4. Resep Ala Cookpad. https://cookpad.com/

Tidak hanya resep masakan ala Nusantara, kamu bisa dengan mudah menemukan resep masakan ala negeri Italia seperti Spaghetti Oglio Olio with Salmon atau menu-menu spaghetti lainnya. Berasa jadi koki internasional. Selain itu kamu juga bisa menulis resep milikmu supaya bisa dibaca khalayak. Widih, sangar.

Nah, itu tadi 4 situs website yang diam-diam bisa meningkatkan skill memasakmu ke level yang lebih tinggi. Tunggu apalagi, langsung siapkan alat masakmu dan selamat mencoba!

Dear Penghuni Asrama [Baru], Dari yang Pernah Tinggal Jauh Lebih Lama

DSC_4051
‘Foto Akhirussanah 2016.’ –Arsip Pribadi

Hidup di asrama –dengan penuh sesak manusia memang tidak mudah. Jauh dari keluarga, makan seadanya, hidup seadanya; tanpa televisi ataupun perangkat elektronik rumahan yang biasa ada di rumah, berbagi tempat dengan teman, berebut fasilitas atau bahkan [merasa] kurang fasilitas adalah hal yang biasa –biasa melekat dengan asrama. Tapi dengan hal yang ‘biasa’ itu sesungguhnya ada sesuatu yang ingin disampaikan; kita sedang dididik untuk menjadi pribadi yang sederhana, pribadi yang penuh syukur, pribadi yang jauh dari kata mengeluh. Ya, meskipun kami tahu betul rumah kalian full fasilitas. Kami tahu itu.

Tapi ketahuilah adik-adik –ijinkan kalian kupanggil dengan kata ‘adik’. Ini bukan soal senioritas atau hal lainnya. Supaya terlihat lebih dekat. Ya, kami menyadari betul selama ini kita memang kurang dekat –maafkan kami soal ini.

Aduh, maafkan kembali karena harus curhat.

Hidup di asrama atau yang biasa kalian sebut ma’had memang tidak enak. Tapi harus kuakui, hidup kalian jauh lebih enak. Apa iya? Kami sudah mengalaminya. Jauh sebelum kalian. Saat itu –ketika kalian masih asyik menikmati cinta monyet ala putih abu-abu, kami jauh lebih rekasa. Ah, rekasa –mungkin ada padanan kata yang bisa menggambarkannya, silahkan kalian cari sendiri.

Pret, mbelgedes!
Masih tidak percaya. Tak apa. Kami maklum soal itu. Ijinkan kami beritahu kalian. Sedikit saja, terima kasih sudah meluangkan.
Mari memulai dari kasur –a thing you spent more time with, kalau kalian sering mengeluhkan kasur bertinggi, kami pernah sakit-sakitan sebab kasur kami hanya kasur kapuk. Banyak dari kami yang tidak tahan. Protes? Kami bersyukur, setidaknya masih banyak teman-teman kami yang peduli.

Ah, ini klise. Ya, masalah air, masalah utama. Tapi kalian jauh lebih beruntung. Beruntung sekali. Waktu itu, kekurangan air hampir tiap hari kami alami. Jangankan ada tampungan air dari tandon di depan [dari PDAM dan berstatus milik kita, fyi tendon itu dibuat satu tahun lalu]. Kran PDAM sering PHP –tidak pernah nyala. Kami harus berebut air dengan warga sejak jam 3 pagi [kala itu bangunan samping pos ronda tak sebagus sekarang]. Dan air tak seterusnya mengalir –lebih sering mati juga. Solusinya? Kami jarang mandi. Kalaupun mandi, kami berhasil membujuk satpam ataupun OB untuk membukakan pintu kampus hanya untuk sekadar mandi. Parahnya kebiasaan kami ini menjadi rahasia publik, hampir seluruh penghuni kampus tahu. Ah, meyedihkan mengenangnya. Kalian? Jauh lebih beruntung.

Masalah serius lainnya; kamar mandi.
Kak,kamar mandinya kotor banget. Bau. Menggenang.
Apa kami juga senang? Tidak. Tapi sekali lagi kalian jauh lebih beruntung. Kami sering kehabisan air [dulu]. Kamar mandi dibiarkan kosong dan bau adalah hal biasa. Dan pintunya [mungkin hanya angkatan 2012 yang merasakannya] tak sebagus sekarang. Meskipun nyatanya kunci tetap rusak. Ya, mungkin ini resiko atas banyaknya orang. Ada yang peduli ada yang acuh.
Hujan, bocor, dan air menggenang. Ini hal lumrah lainnya dalam kenangan kami. Debit air banyak dan saluran air tak ada menjadi kawan paling baik hati bagi kami selama musim penghujan. Pernah suatu ketika kami basah kuyup hanya karena kerja bakti menguras air yang menggenang di depan kamar kami –lantai dua. Harus kami kuras di tengah hujan deras. Ya, harus begitu. Kalau tidak air bisa masuk kamar. Tentu akan lebih menyulitkan kami. Tidak hanya line lantai 2. Halaman pun penuh genangan air. Bukan hanya air hujan, air comberan dan [mungkin] sefti-tank juga. Untuk menghilangkan genangan air, butuh waktu beberapa hari. Kalau hujan lagi, ya nasib lihat kubangan air yang dipenuhi lumut. Jijik? 
Jadi, Dek, kalian harus bersyukur sekali [lagi]. Saat ini sudah ada selokan, saluran pipa air, dan halaman yang terpaving. Setidaknya kesyukuran kalian bisa diwujudkan dengan cara menjaga kebersihannya, dengan tidak membiarkan sampah bertebaran.
Girls, kalian perempuan lho. Perempuan kok gitu? *lalu ditimpuk sampah halaman*
Nyatanya sekarang semua fasilitas tidak dapat digunakan? Mana tanggung jawab pengurus? Mana tanggung jawab bagian sarana prasana?
Dek, jadi perkara ini pada dasarnya bukan soal tanggung jawab siapa. Asrama ini miliki kita semua bukan? Tidak ada pembeda. Tanggung jawab bukan hanya milik para pengurus atau santri. Kalau memang merasa bagian dari ‘ma’had’ mari kita jaga bersama. Kalau kotor kita bersihkan. Rusak kita benahi; selama itu bisa kita lakukan sendiri. Tidak masalah mana kala hanya dimulai dengan membuang SAMPAH bungkus sampho, detergent, atau pewangi dalam bentuk apapun di tempat sampah. Mencuci ‘hal’ yang biasa kalian pakai pas ‘on periode’ sebelum akhirnya kalian tinggalkan begitu saja di tempat sampah. Atau membuang sampah nasi tidak dicampur dengan yang lainnya. That’s a small thing that have a big impact. Hal kecil yang ternyata berimbas cukup besar pada kebersihan ma’had-mu.

Jadi, Dek, mari berbenah dengan tidak saling menyalahkan. Tapi saling memulai kebaikan. Mumpung Ramadan juga, sih.

Untuk keadaan yang sekarang ini, semoga segera ada pembenahan. Tetap sabar, tetap belajar dan jaga kekompakan. Semangat!

*FYI, tulisan ini dibuat tanpa mengandung unsure apapun. Sekadar pengingat dan unek-unek pribadi saja. I’m not a good girl, I’m trying to be.

[Catatan Perjalanan]-Nggak Bisa Check-In di Apartemen

IMG20151031084143
Penampakan kamar apartemen saya. Berantakan dan penuh makanan. Ha-ha-ha. 

Hari itu usai perjalanan panjang nan melelahkan; tiga jam di pesawat tambah delay 2 jam dan transit setengah hari, akhirnya saya menginjakkan kaki di bandara internasional Don Mueang. Suasana bandara sedikit lengang –wajar sebab tengah malam. Tapi pikiran saya lenyap seketika usai memasuki imigrasi bandara. Antrian panjang dibeberapa loket imigrasi. Pikiran macam-macam mulai memenuhi kepala yang sudah merengek minta ditidurin pertanyaan apa yang bakal ditanyakan petugas, kira-kira bakal lolos nggak ya -secara ini perjalanan pertama. Apalagi saya nol bahasa Thai. Ah, mereka pasti paham Bahasa Inggris. Lagipula ada Bapak Atase Pendidikan untuk Kerajaan Thailand. Stay calm!

Tetiba, Bapak Atase bilang kalau beliau duluan dan menunggu di bawah. Rupanya beliau lewat loket prioritas. Ah, beliau kan orang penting. Eh, meskipun orang penting tapi baiknya minta ampun lho. Nah, kan jadi rindu.

Tidak lama untuk mendapatkan stempel dari imigrasi. Sedikit menegangkan ketika mas-mas bule berkulit putih diinterogasi cukup lama dan akhirnya dibawa ke ruangan khusus. So far, rombongan saya lolos meskipun sempat berdebat dengan petugasnya karena alamat apartemen yang kami tinggali tak jelas.

Pukul satu pagi waktu setempat. Biasanya jam segini lagi enak-enaknya ngorok, eh ini malah angkat-angkat koper. Van milik KBRI mendarat selamat di halaman sebuah gedung bertingkat yang katanya apartemen. Sopir KBRI, entah siapa namanya tapi ia meminta kami memanggil Mr. Bon, menyuruh untuk masuk dan melakukan check-in. Sejengkal kemudian kami masuk. Agak shock. Ekspektasi saya soal apartemen seketika kandas. Tapi nggak masalah sebenarnya masih tetep lebih bagus dari kamar asrama ha-ha-ha. Usut punya usut, apartemen yang saya tempati ini paling murah se-Bangkok. Letaknya di Soi 6 (soi itu sebutan untuk gang), jalan Petchburi –jalan terpanjang di Bangkok. Kalau tidak salah sewanya sekitar 27000 baht atau sekitar 11 juta rupiah selama satu bulan untuk tiga kamar dan setengah biaya untuk jaminan disesuaikan penggunaan air dan listrik. Mahal? Sekelas ibukota negara nggak mahal rasanya. Apalagi letaknya tak jauh dari jalan besar. Ini murah banget. Mana diakhir masih ada sisa lumayan buanyak. Terima kasih Bu Agustina, sudah bersedia mencarikan. FYI, di apartemen ini banyak orang Indonesianya juga lho. Kebetulan depan kamar yang saya tempati ada bapak-bapak (lupa tanya nama) yang berasal dari Jawa Barat. Sayangnya kami tahu satu minggu sebelum pulang, itupun karena si bapak sering dengar kami sering bercanda pakai bahasa Indonesia.

Dan drama pun dimulai manakala kami memasuki ruang check in. Ada satu petugas yang lagi tidur nyenyak dan dua muda-mudi yang lagi pacaran *asek*. Kami berusaha bertanya bagaimana caranya check-in. Then, taraaaaaa…… Mereka hanya bisa bahasa Thailand. Berusaha komunikasi dengan tubuh tapi nihil. Mau telpon dosen, tidak ada yang punya nomor Thailand. Kami pun frustasi. Akhirnya pasrah dan berharap ada malaikat penyelamat. Karena kita udah capek banget dan cuma pengen tidur.

Seseorang berbaju putih dan lumayan ganteng –yang ini jangan dilupain, datang. Ketika kita tanya, bisa bahasa inggris, si ganteng ini mengangguk. Thank, God, tadinya sesak napas sekarang berasa legaaaa. Setelah bercakap-cakap cukup lama, si doi ngasih penjelasan kalau harus reservasi dulu siang tadi dengan stafnya. Kalau si bapak yang tadi tidur tugasnya hanya menjaga. Dengan malu-malu kami minta untuk teathering dari hp-nya supaya bisa komunikasi dengan salah satu ibu guru Sekolah Indonesia Bangkok. Terima kasih untuk yang kedua kalinya, si ganteng ini pun mempersilahkan. Jelang beberapa menit, Bu Agustina –guru yang kami kontak dari awal datang bersama suaminya. Ternyata beliau sudah menanti cukup lama di parkiran. Maaf ya, Bu. Ternyata hanya miskomunikasi saja. Finally, kita bisa masuk apartemen. Yeay, tidur! Zzz….

Sampai ketemu di postingan selanjutnya, bakal ada apa ya setelah bangun tidur?

Terima kasih atas kunjungannya.

 

 

Tidak Pakai Make-Up? Kalian Harus Perhatikan Ini Juga Ya

IMG_20160613_103923

‘Perfect Match’ via Instagram @wardahbeauty

Make-up, salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan perempuan. Bahkan bagi sebagian perempuan make-up menjadi salah satu hal wajib untuk menunjang penampilan sekaligus menambah kepercayaan diri. Sebenarnya wajib nggak sih pakai make-up?

Hmm, wajib nggak, ya?

            Nggak harus sih.

            Harus, dong. Perempuan kok kucel.

Saya salah satu perempuan yang enggan memakai make-up yang bermacam-macam. Bagi saya pelembap dan polesan bedak saja sudah cukup. Menurut survey kecil-kecilan yang saya lakukan, ada beberapa alasan bagi mereka yang enggan memakai bermacam-macam make-up. Mulai dari karena tidak ingin membebani orang tua, tentu bagi mereka yang masih minta uang sama orang tua ya. Ada yang lebih diprioritaskan daripada make-up, karena make-up memang nggak murah sih. Atau memang males karena ribet, yang satu ini saya termasuk.

Tapi tidak memakai make up bukan berarti kalian benar-benar tidak peduli soal kecantikan ya, girls! Beberapa hal yang tidak boleh kalian lupakan meskipun kalian enggan memakai make-up yang bermacam-macam itu.

Membersihkan Wajah

Girls, ternyata wajah bisa kotor lho. Membersihkan wajah menjadi suatu keharusan bagi perempuan. Apalagi kalau kalian sering beraktifitas di luar rumah. Otomatis wajah sering terpapar panas, berkeringat dan terkena debu. Kalau hanya kalian hanya merasa cukup dibasuh dengan air saja, yakin deh pasti akan banyak masalah kulit yang bermunculan. Solusinya bisa kalian bersihkan dengan face tonic dan milk cleanser atau dengan facial foam. Tentu disesuaikan dengan kebutuhan kulit wajah dan jenis kulit kalian ya.

Memakai Sunscreen

Yang satu ini juga jangan sampai terlewat. Dengan memakai sunscreen, setidaknya wajah kalian bisa terhidar dari sinar ultra violet yang membahayakan kulitmu

Minyak Zaitun dan Sedikit Polesan Bedak

Dengan mengoleskan sedikit minyak zaitun, setidaknya wajah kalian akan tetap lembab. Apalagi saat pergantian musim seperti ini. Suhu udara yang tidak pasti bisa jadi tiba-tiba terasa sangat dingin dan kadang panas membuat kulit kering dan pecah-pecah. Tidak salah mengoleskan minyak zaitun di wajah dan menambah dengan polesan bedak. Tipis saja, tidak perlu tebal-tebal setidaknya wajahmu tampak sedikit bercahaya.

Lip Balm

Kalian perlu juga mengoleskan lip balm untuk melembabkan bibir kalian. Bukannya membasahi dengan air liur Sebab air liur justru membuat bibirmu semakin kering.

So girls, jangan sampai kalian benar-benar nggak peduli dengan kecantikan kalian ya. Cantik yang sebenarnya memang bukan persoalan wajah melainkan hati, tapi bukan berarti anugerah yang satu ini tidak dirawat ya. Yuk bersyukur dengan cara merawatnya. Oh ya, untuk kalian yang suka memakai make-up, sesuaikan juga make-up kalian dengan tempat dan suasana yang akan kalian kunjungi. Jangan sampai dibilang norak hanya karena tidak bisa menempatkan diri ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidur Saja Berpahala Apalagi Kalau ‘Lebih’

IMG20160308091719
‘Tidur di kelas’. Arsip pribadi.

Ramadan sudah datang, bulan penuh berkah dan ampunan ini memang menjadi bulan yang banyak ditunggu-tunggu oleh umat Muslim diseluruh penjuru dunia. Pasalnya, selain sebagai bulan yang dijanjikan oleh Allah atas ampunan bagi umatnya yang mau bertaubat, Allah juga menjanjikan pahala atas amalan yang dilakukan umatnya.

Contoh kecil dari amalan ringan yang dihitung pahala yaitu tidur. Yang benar saja. Tentu. Janji Allah mustahil dustanya.

Dibalik tidur yang berpahala, saya memberi kesimpulan sederhana sesuai apa yang saya pahami. Kalimat ini sesungguhnya hanyalah sebuah perumpamaan atas besarnya ‘pahala’ yang Allah kucurkan pada bulan istimewa ini. Tidur; pekerjaan yang sederhana saja berpahala, lalu bagaimana dengan amalan-amalan yang lainnya? Tidak bisa dibayangkan betapa besarnya bukan.

So, masih mau berdiam saja? Yuk, nabung pahala. Jangan sampai selama Ramadan hanya dapat pahala berpuasa dan tidur saja, ya. Keep hamasaah!

Apollo

Sudah dua jam Sutarman mengelilingi kampung tempat biasanya ia menjajakan dagangan. Namun tak satupun ada yang terjual. Dilirik saja tidak. Padahal biasanya sekali keliling dua keranjang Apollo yang dibawanya habis terjual. Anak-anak paling senang dengan Apollo buatannya. Selain harganya murah, Sutraman sering memberi anak-anak bonus; sebilah bambu yang dibuat mirip alat pancing untuk menggantungkan Apollo. Sederhana. Namun bagi anak-anak kampung, mainan seharga lima ratus perak itu lebih dari cukup.

Mungkin uang jajan anak-anak ikut dipuasakan.

Sutarman membatin sambil mengusap peluh di keningnya.

Sudah dua puluh tahun Sutarman menjadi penjaja Apollo buatannya sendiri. Pernah ia mencoba untuk pensiun dan mencari pekerjaan yang layak. Namun cidera di tangan kanan dan tidak memiliki ijasah sama sekali menjadi kendala terbesar yang terpaksa membuatnya kembali lagi menjadi penjaja Apollo. Pernah sekali ia ikut proyek. Tapi baru dua hari bekerja ia terpaksa diberhentikan. Katanya kerjanya sangat lamban. Sedangkan orang-orang proyek biasa bekerja di bawah date-line yang sudah ditentukan.

“Apollo, Dik?” selorohnya sambil menyodorkan plastik bening berbentuk tabung berisi cairan merah muda.

Anak itu hanya melongos sambil melenggang menjauhi dirinya.

Sutarman tak putus asa. Ia kembali berkeliling. Satu persatu anak-anak yang melintas ia tawari. Anehnya semua kompak untuk menggeleng. Persis seperti telah terkomando oleh orangtuanya.

“Bisa jadi rejekiku bukan hari ini,” ujarnya lesu sambil melangkahkan kakinya untuk pulang.

Ia sebenarnya enggan untuk pulang. Apalagi dengan tangan kosong seperti ini. Padahal anaknya merajuk ingin dibelikan baju baru lebaran esok. Belum isterinya yang berpesan supaya ia pulang membawa beras untuk sahur besok pagi.

“Duh, Gusti. Paringono rejeki ingkang cukup.”

Sutarman mengelus dada yang tak lagi menyisakan daging. Kurus kering. Tulang iga-nya pun ikut mencuat keluar. Sebagai kepala keluarga, Sutarman ingin memberikan kehidupan yang laik untuk anak dan isterinya. Ia ingin membelikan baju baru untuk dua anaknya, mukena baru untuk isterinya dan sarung baru untuk dirinya sendiri lebaran tahun ini. Sudah tiga kali lebaran ia tak dapat membelikan sandang bagi keluarganya. Meskipun ia selalu berusaha keras membuat dagangannya laku. Namun apalah arti penghasilan sebagai penjual Apollo. Tetap tidak akan cukup membeli kebutuhan sebanyak itu. Sudah bisa makan opor ayam saja syukur.

“Bapak yang biasa berjualan Apollo kelling kampung ini ya?” Suara dari samping membuat Sutarman terbangun dari lamunannya.

“Iya,” jawabnya singkat sambil memperhatikan laki-laki berperawakan tinggi besar di depannya.

Kalau dilihat laki-laki yang berdiri di depannya ini bukan orang sembarangan. Lihat saja pakaiannya bukan merek dalam negeri. Sepatunya mengkilat seperti disol ratusan kali.

“Teddy.” Ia menawarkan tangannya.

Persis. Kalau dia bukan blasteran pasti anak orang kaya yang hobi pergi ke Eropa. Namanya saja sudah impor begitu kok.

“Pak?” Teddy menggerakan tangannya tepat di depan wajah Sutarman.

“Eh..oh..eee.. Sutarman.” Balas menjabat tangan.

Selama setengah abad Sutarman menghabiskan waktu hidupnya, belum pernah sekalipun tangannya dijabat oleh konglomerat macam Teddy ini. Apalagi sampai didatangi. Pernah sekali ia ikut kerumunan masa menyambut kedatangan presiden. Seperti kebanyakan orang yang ikut hadir saat itu. Ia ingin menjabat tangan presiden lalu mengadukan nasib buruknya yang enggan berpindah. Namun harapannya cukup sia-sia. Kedatangannya bersama rombongan orang-orang yang senasib dengannya ternyata hanya menjadi pagar betis.

“Tidak bosan, Pak, dua puluh tahun menjadi penjual Apollo?” seloroh Teddy seolah takjub dengan kerja keras orang macam Sutarman ini.

Sutarman menggeleng.

“Saya dulu penggemar Apollo Bapak. Kebetulan saya tadi lewat dan melihat ada penjual Apollo. Saya kira sudah ganti. Eh, ternyata masih sama,” lanjutnya dengan ekspresi wajah yang sangat ramah.

“Iya?” Sutarman antusias. Ia tak menyangka Apollo buatannya ternyata pernah digemari Teddy. “Penggemar Apollo Bapak sudah berganti generasi. Namun sayang nasib bapak belum mau berganti,” sindirnya.

Teddy diam sesaat. Tangannya membolak-balikkan isi tas punggung yang dipenuhi lembaran kertas.

“Kalau Bapak besedia, mungkin ini cukup membantu merubah nasib Bapak.”

Selembar kertas putih ia sodorkan pada Sutarman. Tepatnya sebuah formulir. Entah formulir apa, namun kop sebuah rumah sakit terkenal tercetak tebal dibagian atasnya.

Deg!

“Donor jantung?” ungkap Sutarman setengah tidak percaya usai membaca penuh lembaran kertas yang diterimanya dari Teddy.

Teddy mengangguk seolah tidak ada yang salah dengan tawarannya.

“Saya harus kembali. Kalau Bapak bersedia, saya tunggu besok jam 9 ditempat ini.” Teddy melenggang meninggalkan Sutarman yang masih terbengong dengan tawarannya barusan.

“Donor jantung?”

Sutarman terus mengulang-ulang dua kata yang hampir membuatnya tak waras.

“Bocah edan!” umpatnya setengah memaki.

***

Hari kian merangkak naik. Bangku-bangku taman kota terisi penuh. Senja pun ikut melengkapi. Seolah menjadi saksi kebahagian mereka. Dari sekian banyak pengunjung taman kota, ada satu rombongan keluarga yang menarik perhatian Sutarman. Ia bahkan berhenti sejenak untuk menyaksiakan keluarga itu.

“Ah, andai aku seperti mereka!” gerutunya penuh sesal.

Kalau saja Sutarman boleh memilih ia pasti tidak akan memilih dilahirkan dari rahim si miskin. Tapi apa boleh buat, Tuhan sudah berkehendak.

***

“Pak berasnya mana?” tagih isteri Sutarman.

Sutarman berhenti sejenak. Merapikan Apollo yang tak laku hari ini.

“Hari ini ngutang lagi ya, Bu?” seloroh Sutarman kecut.

Tidak ada suara dari bibir isterinya. Perempuan itu juga tidak mengiyakan permintaan suaminya.

“Bu Darmi tidak ingin kita ngutang lagi, Pak. Sayuti dan Nanik minta dibelikan baju baru,”ucapnya lirih lantas meninggalkan Sutarman begitu saja.

Sutarman memilih diam. Ia hapal betul apa yang akan dilakukan isterinya.

“Apa aku harus menerima tawaran dari Teddy?” batinnya dalam hati.

***

Semalam tadi Sutarman memutuskan untuk tidak tidur. Ia ingin menghabiskan malam terakhirnya untuk melihat isteri dan dua anaknya tertidur pulas tanpa beban. Ia sudah memikirkan masak-masak keputusan itu. Meskipun ia tak menginginkannya. Tapi ia tak punya pilihan lain.

“Mau kemana, Pak?” tanya isteri Sutarman pensaran.

Jarang sekali lelaki paruh baya itu berpakaian necis seperti pagi ini.

“Ada orang kaya yang ingin pakai jasaku. Tak usah khawatir. Kita bisa makan hari ini,” jawab Sutarman mantap. Ia tak ingin terlihat sedih di hadapan isterinya. Meskipun hatinya hancur. Tapi apa yang bisa ia lakukan. Apollo bukan jalan untuk mengubah kemiskinan yang melekat padanya sekian tahun ini.

“Dimana, Pak?” Isteri Sutarman tak yakin dengan jawabannya.

Sutarman menggeleng sembari menyunggingkan senyum, “tak usah kahawatir.”

“Jadi ada orang kaya yang suka Apollo Bapak? Pasti Bapak akan pulang dengan uang banyak, kan?” Si Sulung menambahi.

Laki-laki itu tersenyum mengiyakan ucapan anaknya barusan.

“Kita bisa makan ayam malam ini.”

Si Sulung loncat-loncat kegirangan.

“Bapak pergi dulu.” Tangannya ia ulurkan pada isteri dan dua anaknya.

“Ayamnya yang besar ya, Pak!” teriak Si Bungsu.(*)

 

*Cerpen ini pernah dimuat di Majalah Dinamika IAIN Salatiga 2014