Dear Penghuni Asrama [Baru], Dari yang Pernah Tinggal Jauh Lebih Lama

DSC_4051
‘Foto Akhirussanah 2016.’ –Arsip Pribadi

Hidup di asrama –dengan penuh sesak manusia memang tidak mudah. Jauh dari keluarga, makan seadanya, hidup seadanya; tanpa televisi ataupun perangkat elektronik rumahan yang biasa ada di rumah, berbagi tempat dengan teman, berebut fasilitas atau bahkan [merasa] kurang fasilitas adalah hal yang biasa –biasa melekat dengan asrama. Tapi dengan hal yang ‘biasa’ itu sesungguhnya ada sesuatu yang ingin disampaikan; kita sedang dididik untuk menjadi pribadi yang sederhana, pribadi yang penuh syukur, pribadi yang jauh dari kata mengeluh. Ya, meskipun kami tahu betul rumah kalian full fasilitas. Kami tahu itu.

Tapi ketahuilah adik-adik –ijinkan kalian kupanggil dengan kata ‘adik’. Ini bukan soal senioritas atau hal lainnya. Supaya terlihat lebih dekat. Ya, kami menyadari betul selama ini kita memang kurang dekat –maafkan kami soal ini.

Aduh, maafkan kembali karena harus curhat.

Hidup di asrama atau yang biasa kalian sebut ma’had memang tidak enak. Tapi harus kuakui, hidup kalian jauh lebih enak. Apa iya? Kami sudah mengalaminya. Jauh sebelum kalian. Saat itu –ketika kalian masih asyik menikmati cinta monyet ala putih abu-abu, kami jauh lebih rekasa. Ah, rekasa –mungkin ada padanan kata yang bisa menggambarkannya, silahkan kalian cari sendiri.

Pret, mbelgedes!
Masih tidak percaya. Tak apa. Kami maklum soal itu. Ijinkan kami beritahu kalian. Sedikit saja, terima kasih sudah meluangkan.
Mari memulai dari kasur –a thing you spent more time with, kalau kalian sering mengeluhkan kasur bertinggi, kami pernah sakit-sakitan sebab kasur kami hanya kasur kapuk. Banyak dari kami yang tidak tahan. Protes? Kami bersyukur, setidaknya masih banyak teman-teman kami yang peduli.

Ah, ini klise. Ya, masalah air, masalah utama. Tapi kalian jauh lebih beruntung. Beruntung sekali. Waktu itu, kekurangan air hampir tiap hari kami alami. Jangankan ada tampungan air dari tandon di depan [dari PDAM dan berstatus milik kita, fyi tendon itu dibuat satu tahun lalu]. Kran PDAM sering PHP –tidak pernah nyala. Kami harus berebut air dengan warga sejak jam 3 pagi [kala itu bangunan samping pos ronda tak sebagus sekarang]. Dan air tak seterusnya mengalir –lebih sering mati juga. Solusinya? Kami jarang mandi. Kalaupun mandi, kami berhasil membujuk satpam ataupun OB untuk membukakan pintu kampus hanya untuk sekadar mandi. Parahnya kebiasaan kami ini menjadi rahasia publik, hampir seluruh penghuni kampus tahu. Ah, meyedihkan mengenangnya. Kalian? Jauh lebih beruntung.

Masalah serius lainnya; kamar mandi.
Kak,kamar mandinya kotor banget. Bau. Menggenang.
Apa kami juga senang? Tidak. Tapi sekali lagi kalian jauh lebih beruntung. Kami sering kehabisan air [dulu]. Kamar mandi dibiarkan kosong dan bau adalah hal biasa. Dan pintunya [mungkin hanya angkatan 2012 yang merasakannya] tak sebagus sekarang. Meskipun nyatanya kunci tetap rusak. Ya, mungkin ini resiko atas banyaknya orang. Ada yang peduli ada yang acuh.
Hujan, bocor, dan air menggenang. Ini hal lumrah lainnya dalam kenangan kami. Debit air banyak dan saluran air tak ada menjadi kawan paling baik hati bagi kami selama musim penghujan. Pernah suatu ketika kami basah kuyup hanya karena kerja bakti menguras air yang menggenang di depan kamar kami –lantai dua. Harus kami kuras di tengah hujan deras. Ya, harus begitu. Kalau tidak air bisa masuk kamar. Tentu akan lebih menyulitkan kami. Tidak hanya line lantai 2. Halaman pun penuh genangan air. Bukan hanya air hujan, air comberan dan [mungkin] sefti-tank juga. Untuk menghilangkan genangan air, butuh waktu beberapa hari. Kalau hujan lagi, ya nasib lihat kubangan air yang dipenuhi lumut. Jijik? 
Jadi, Dek, kalian harus bersyukur sekali [lagi]. Saat ini sudah ada selokan, saluran pipa air, dan halaman yang terpaving. Setidaknya kesyukuran kalian bisa diwujudkan dengan cara menjaga kebersihannya, dengan tidak membiarkan sampah bertebaran.
Girls, kalian perempuan lho. Perempuan kok gitu? *lalu ditimpuk sampah halaman*
Nyatanya sekarang semua fasilitas tidak dapat digunakan? Mana tanggung jawab pengurus? Mana tanggung jawab bagian sarana prasana?
Dek, jadi perkara ini pada dasarnya bukan soal tanggung jawab siapa. Asrama ini miliki kita semua bukan? Tidak ada pembeda. Tanggung jawab bukan hanya milik para pengurus atau santri. Kalau memang merasa bagian dari ‘ma’had’ mari kita jaga bersama. Kalau kotor kita bersihkan. Rusak kita benahi; selama itu bisa kita lakukan sendiri. Tidak masalah mana kala hanya dimulai dengan membuang SAMPAH bungkus sampho, detergent, atau pewangi dalam bentuk apapun di tempat sampah. Mencuci ‘hal’ yang biasa kalian pakai pas ‘on periode’ sebelum akhirnya kalian tinggalkan begitu saja di tempat sampah. Atau membuang sampah nasi tidak dicampur dengan yang lainnya. That’s a small thing that have a big impact. Hal kecil yang ternyata berimbas cukup besar pada kebersihan ma’had-mu.

Jadi, Dek, mari berbenah dengan tidak saling menyalahkan. Tapi saling memulai kebaikan. Mumpung Ramadan juga, sih.

Untuk keadaan yang sekarang ini, semoga segera ada pembenahan. Tetap sabar, tetap belajar dan jaga kekompakan. Semangat!

*FYI, tulisan ini dibuat tanpa mengandung unsure apapun. Sekadar pengingat dan unek-unek pribadi saja. I’m not a good girl, I’m trying to be.

[Catatan Perjalanan]-Nggak Bisa Check-In di Apartemen

IMG20151031084143
Penampakan kamar apartemen saya. Berantakan dan penuh makanan. Ha-ha-ha. 

Hari itu usai perjalanan panjang nan melelahkan; tiga jam di pesawat tambah delay 2 jam dan transit setengah hari, akhirnya saya menginjakkan kaki di bandara internasional Don Mueang. Suasana bandara sedikit lengang –wajar sebab tengah malam. Tapi pikiran saya lenyap seketika usai memasuki imigrasi bandara. Antrian panjang dibeberapa loket imigrasi. Pikiran macam-macam mulai memenuhi kepala yang sudah merengek minta ditidurin pertanyaan apa yang bakal ditanyakan petugas, kira-kira bakal lolos nggak ya -secara ini perjalanan pertama. Apalagi saya nol bahasa Thai. Ah, mereka pasti paham Bahasa Inggris. Lagipula ada Bapak Atase Pendidikan untuk Kerajaan Thailand. Stay calm!

Tetiba, Bapak Atase bilang kalau beliau duluan dan menunggu di bawah. Rupanya beliau lewat loket prioritas. Ah, beliau kan orang penting. Eh, meskipun orang penting tapi baiknya minta ampun lho. Nah, kan jadi rindu.

Tidak lama untuk mendapatkan stempel dari imigrasi. Sedikit menegangkan ketika mas-mas bule berkulit putih diinterogasi cukup lama dan akhirnya dibawa ke ruangan khusus. So far, rombongan saya lolos meskipun sempat berdebat dengan petugasnya karena alamat apartemen yang kami tinggali tak jelas.

Pukul satu pagi waktu setempat. Biasanya jam segini lagi enak-enaknya ngorok, eh ini malah angkat-angkat koper. Van milik KBRI mendarat selamat di halaman sebuah gedung bertingkat yang katanya apartemen. Sopir KBRI, entah siapa namanya tapi ia meminta kami memanggil Mr. Bon, menyuruh untuk masuk dan melakukan check-in. Sejengkal kemudian kami masuk. Agak shock. Ekspektasi saya soal apartemen seketika kandas. Tapi nggak masalah sebenarnya masih tetep lebih bagus dari kamar asrama ha-ha-ha. Usut punya usut, apartemen yang saya tempati ini paling murah se-Bangkok. Letaknya di Soi 6 (soi itu sebutan untuk gang), jalan Petchburi –jalan terpanjang di Bangkok. Kalau tidak salah sewanya sekitar 27000 baht atau sekitar 11 juta rupiah selama satu bulan untuk tiga kamar dan setengah biaya untuk jaminan disesuaikan penggunaan air dan listrik. Mahal? Sekelas ibukota negara nggak mahal rasanya. Apalagi letaknya tak jauh dari jalan besar. Ini murah banget. Mana diakhir masih ada sisa lumayan buanyak. Terima kasih Bu Agustina, sudah bersedia mencarikan. FYI, di apartemen ini banyak orang Indonesianya juga lho. Kebetulan depan kamar yang saya tempati ada bapak-bapak (lupa tanya nama) yang berasal dari Jawa Barat. Sayangnya kami tahu satu minggu sebelum pulang, itupun karena si bapak sering dengar kami sering bercanda pakai bahasa Indonesia.

Dan drama pun dimulai manakala kami memasuki ruang check in. Ada satu petugas yang lagi tidur nyenyak dan dua muda-mudi yang lagi pacaran *asek*. Kami berusaha bertanya bagaimana caranya check-in. Then, taraaaaaa…… Mereka hanya bisa bahasa Thailand. Berusaha komunikasi dengan tubuh tapi nihil. Mau telpon dosen, tidak ada yang punya nomor Thailand. Kami pun frustasi. Akhirnya pasrah dan berharap ada malaikat penyelamat. Karena kita udah capek banget dan cuma pengen tidur.

Seseorang berbaju putih dan lumayan ganteng –yang ini jangan dilupain, datang. Ketika kita tanya, bisa bahasa inggris, si ganteng ini mengangguk. Thank, God, tadinya sesak napas sekarang berasa legaaaa. Setelah bercakap-cakap cukup lama, si doi ngasih penjelasan kalau harus reservasi dulu siang tadi dengan stafnya. Kalau si bapak yang tadi tidur tugasnya hanya menjaga. Dengan malu-malu kami minta untuk teathering dari hp-nya supaya bisa komunikasi dengan salah satu ibu guru Sekolah Indonesia Bangkok. Terima kasih untuk yang kedua kalinya, si ganteng ini pun mempersilahkan. Jelang beberapa menit, Bu Agustina –guru yang kami kontak dari awal datang bersama suaminya. Ternyata beliau sudah menanti cukup lama di parkiran. Maaf ya, Bu. Ternyata hanya miskomunikasi saja. Finally, kita bisa masuk apartemen. Yeay, tidur! Zzz….

Sampai ketemu di postingan selanjutnya, bakal ada apa ya setelah bangun tidur?

Terima kasih atas kunjungannya.

 

 

Tidak Pakai Make-Up? Kalian Harus Perhatikan Ini Juga Ya

IMG_20160613_103923

‘Perfect Match’ via Instagram @wardahbeauty

Make-up, salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan perempuan. Bahkan bagi sebagian perempuan make-up menjadi salah satu hal wajib untuk menunjang penampilan sekaligus menambah kepercayaan diri. Sebenarnya wajib nggak sih pakai make-up?

Hmm, wajib nggak, ya?

            Nggak harus sih.

            Harus, dong. Perempuan kok kucel.

Saya salah satu perempuan yang enggan memakai make-up yang bermacam-macam. Bagi saya pelembap dan polesan bedak saja sudah cukup. Menurut survey kecil-kecilan yang saya lakukan, ada beberapa alasan bagi mereka yang enggan memakai bermacam-macam make-up. Mulai dari karena tidak ingin membebani orang tua, tentu bagi mereka yang masih minta uang sama orang tua ya. Ada yang lebih diprioritaskan daripada make-up, karena make-up memang nggak murah sih. Atau memang males karena ribet, yang satu ini saya termasuk.

Tapi tidak memakai make up bukan berarti kalian benar-benar tidak peduli soal kecantikan ya, girls! Beberapa hal yang tidak boleh kalian lupakan meskipun kalian enggan memakai make-up yang bermacam-macam itu.

Membersihkan Wajah

Girls, ternyata wajah bisa kotor lho. Membersihkan wajah menjadi suatu keharusan bagi perempuan. Apalagi kalau kalian sering beraktifitas di luar rumah. Otomatis wajah sering terpapar panas, berkeringat dan terkena debu. Kalau hanya kalian hanya merasa cukup dibasuh dengan air saja, yakin deh pasti akan banyak masalah kulit yang bermunculan. Solusinya bisa kalian bersihkan dengan face tonic dan milk cleanser atau dengan facial foam. Tentu disesuaikan dengan kebutuhan kulit wajah dan jenis kulit kalian ya.

Memakai Sunscreen

Yang satu ini juga jangan sampai terlewat. Dengan memakai sunscreen, setidaknya wajah kalian bisa terhidar dari sinar ultra violet yang membahayakan kulitmu

Minyak Zaitun dan Sedikit Polesan Bedak

Dengan mengoleskan sedikit minyak zaitun, setidaknya wajah kalian akan tetap lembab. Apalagi saat pergantian musim seperti ini. Suhu udara yang tidak pasti bisa jadi tiba-tiba terasa sangat dingin dan kadang panas membuat kulit kering dan pecah-pecah. Tidak salah mengoleskan minyak zaitun di wajah dan menambah dengan polesan bedak. Tipis saja, tidak perlu tebal-tebal setidaknya wajahmu tampak sedikit bercahaya.

Lip Balm

Kalian perlu juga mengoleskan lip balm untuk melembabkan bibir kalian. Bukannya membasahi dengan air liur Sebab air liur justru membuat bibirmu semakin kering.

So girls, jangan sampai kalian benar-benar nggak peduli dengan kecantikan kalian ya. Cantik yang sebenarnya memang bukan persoalan wajah melainkan hati, tapi bukan berarti anugerah yang satu ini tidak dirawat ya. Yuk bersyukur dengan cara merawatnya. Oh ya, untuk kalian yang suka memakai make-up, sesuaikan juga make-up kalian dengan tempat dan suasana yang akan kalian kunjungi. Jangan sampai dibilang norak hanya karena tidak bisa menempatkan diri ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidur Saja Berpahala Apalagi Kalau ‘Lebih’

IMG20160308091719
‘Tidur di kelas’. Arsip pribadi.

Ramadan sudah datang, bulan penuh berkah dan ampunan ini memang menjadi bulan yang banyak ditunggu-tunggu oleh umat Muslim diseluruh penjuru dunia. Pasalnya, selain sebagai bulan yang dijanjikan oleh Allah atas ampunan bagi umatnya yang mau bertaubat, Allah juga menjanjikan pahala atas amalan yang dilakukan umatnya.

Contoh kecil dari amalan ringan yang dihitung pahala yaitu tidur. Yang benar saja. Tentu. Janji Allah mustahil dustanya.

Dibalik tidur yang berpahala, saya memberi kesimpulan sederhana sesuai apa yang saya pahami. Kalimat ini sesungguhnya hanyalah sebuah perumpamaan atas besarnya ‘pahala’ yang Allah kucurkan pada bulan istimewa ini. Tidur; pekerjaan yang sederhana saja berpahala, lalu bagaimana dengan amalan-amalan yang lainnya? Tidak bisa dibayangkan betapa besarnya bukan.

So, masih mau berdiam saja? Yuk, nabung pahala. Jangan sampai selama Ramadan hanya dapat pahala berpuasa dan tidur saja, ya. Keep hamasaah!

Apollo

Sudah dua jam Sutarman mengelilingi kampung tempat biasanya ia menjajakan dagangan. Namun tak satupun ada yang terjual. Dilirik saja tidak. Padahal biasanya sekali keliling dua keranjang Apollo yang dibawanya habis terjual. Anak-anak paling senang dengan Apollo buatannya. Selain harganya murah, Sutraman sering memberi anak-anak bonus; sebilah bambu yang dibuat mirip alat pancing untuk menggantungkan Apollo. Sederhana. Namun bagi anak-anak kampung, mainan seharga lima ratus perak itu lebih dari cukup.

Mungkin uang jajan anak-anak ikut dipuasakan.

Sutarman membatin sambil mengusap peluh di keningnya.

Sudah dua puluh tahun Sutarman menjadi penjaja Apollo buatannya sendiri. Pernah ia mencoba untuk pensiun dan mencari pekerjaan yang layak. Namun cidera di tangan kanan dan tidak memiliki ijasah sama sekali menjadi kendala terbesar yang terpaksa membuatnya kembali lagi menjadi penjaja Apollo. Pernah sekali ia ikut proyek. Tapi baru dua hari bekerja ia terpaksa diberhentikan. Katanya kerjanya sangat lamban. Sedangkan orang-orang proyek biasa bekerja di bawah date-line yang sudah ditentukan.

“Apollo, Dik?” selorohnya sambil menyodorkan plastik bening berbentuk tabung berisi cairan merah muda.

Anak itu hanya melongos sambil melenggang menjauhi dirinya.

Sutarman tak putus asa. Ia kembali berkeliling. Satu persatu anak-anak yang melintas ia tawari. Anehnya semua kompak untuk menggeleng. Persis seperti telah terkomando oleh orangtuanya.

“Bisa jadi rejekiku bukan hari ini,” ujarnya lesu sambil melangkahkan kakinya untuk pulang.

Ia sebenarnya enggan untuk pulang. Apalagi dengan tangan kosong seperti ini. Padahal anaknya merajuk ingin dibelikan baju baru lebaran esok. Belum isterinya yang berpesan supaya ia pulang membawa beras untuk sahur besok pagi.

“Duh, Gusti. Paringono rejeki ingkang cukup.”

Sutarman mengelus dada yang tak lagi menyisakan daging. Kurus kering. Tulang iga-nya pun ikut mencuat keluar. Sebagai kepala keluarga, Sutarman ingin memberikan kehidupan yang laik untuk anak dan isterinya. Ia ingin membelikan baju baru untuk dua anaknya, mukena baru untuk isterinya dan sarung baru untuk dirinya sendiri lebaran tahun ini. Sudah tiga kali lebaran ia tak dapat membelikan sandang bagi keluarganya. Meskipun ia selalu berusaha keras membuat dagangannya laku. Namun apalah arti penghasilan sebagai penjual Apollo. Tetap tidak akan cukup membeli kebutuhan sebanyak itu. Sudah bisa makan opor ayam saja syukur.

“Bapak yang biasa berjualan Apollo kelling kampung ini ya?” Suara dari samping membuat Sutarman terbangun dari lamunannya.

“Iya,” jawabnya singkat sambil memperhatikan laki-laki berperawakan tinggi besar di depannya.

Kalau dilihat laki-laki yang berdiri di depannya ini bukan orang sembarangan. Lihat saja pakaiannya bukan merek dalam negeri. Sepatunya mengkilat seperti disol ratusan kali.

“Teddy.” Ia menawarkan tangannya.

Persis. Kalau dia bukan blasteran pasti anak orang kaya yang hobi pergi ke Eropa. Namanya saja sudah impor begitu kok.

“Pak?” Teddy menggerakan tangannya tepat di depan wajah Sutarman.

“Eh..oh..eee.. Sutarman.” Balas menjabat tangan.

Selama setengah abad Sutarman menghabiskan waktu hidupnya, belum pernah sekalipun tangannya dijabat oleh konglomerat macam Teddy ini. Apalagi sampai didatangi. Pernah sekali ia ikut kerumunan masa menyambut kedatangan presiden. Seperti kebanyakan orang yang ikut hadir saat itu. Ia ingin menjabat tangan presiden lalu mengadukan nasib buruknya yang enggan berpindah. Namun harapannya cukup sia-sia. Kedatangannya bersama rombongan orang-orang yang senasib dengannya ternyata hanya menjadi pagar betis.

“Tidak bosan, Pak, dua puluh tahun menjadi penjual Apollo?” seloroh Teddy seolah takjub dengan kerja keras orang macam Sutarman ini.

Sutarman menggeleng.

“Saya dulu penggemar Apollo Bapak. Kebetulan saya tadi lewat dan melihat ada penjual Apollo. Saya kira sudah ganti. Eh, ternyata masih sama,” lanjutnya dengan ekspresi wajah yang sangat ramah.

“Iya?” Sutarman antusias. Ia tak menyangka Apollo buatannya ternyata pernah digemari Teddy. “Penggemar Apollo Bapak sudah berganti generasi. Namun sayang nasib bapak belum mau berganti,” sindirnya.

Teddy diam sesaat. Tangannya membolak-balikkan isi tas punggung yang dipenuhi lembaran kertas.

“Kalau Bapak besedia, mungkin ini cukup membantu merubah nasib Bapak.”

Selembar kertas putih ia sodorkan pada Sutarman. Tepatnya sebuah formulir. Entah formulir apa, namun kop sebuah rumah sakit terkenal tercetak tebal dibagian atasnya.

Deg!

“Donor jantung?” ungkap Sutarman setengah tidak percaya usai membaca penuh lembaran kertas yang diterimanya dari Teddy.

Teddy mengangguk seolah tidak ada yang salah dengan tawarannya.

“Saya harus kembali. Kalau Bapak bersedia, saya tunggu besok jam 9 ditempat ini.” Teddy melenggang meninggalkan Sutarman yang masih terbengong dengan tawarannya barusan.

“Donor jantung?”

Sutarman terus mengulang-ulang dua kata yang hampir membuatnya tak waras.

“Bocah edan!” umpatnya setengah memaki.

***

Hari kian merangkak naik. Bangku-bangku taman kota terisi penuh. Senja pun ikut melengkapi. Seolah menjadi saksi kebahagian mereka. Dari sekian banyak pengunjung taman kota, ada satu rombongan keluarga yang menarik perhatian Sutarman. Ia bahkan berhenti sejenak untuk menyaksiakan keluarga itu.

“Ah, andai aku seperti mereka!” gerutunya penuh sesal.

Kalau saja Sutarman boleh memilih ia pasti tidak akan memilih dilahirkan dari rahim si miskin. Tapi apa boleh buat, Tuhan sudah berkehendak.

***

“Pak berasnya mana?” tagih isteri Sutarman.

Sutarman berhenti sejenak. Merapikan Apollo yang tak laku hari ini.

“Hari ini ngutang lagi ya, Bu?” seloroh Sutarman kecut.

Tidak ada suara dari bibir isterinya. Perempuan itu juga tidak mengiyakan permintaan suaminya.

“Bu Darmi tidak ingin kita ngutang lagi, Pak. Sayuti dan Nanik minta dibelikan baju baru,”ucapnya lirih lantas meninggalkan Sutarman begitu saja.

Sutarman memilih diam. Ia hapal betul apa yang akan dilakukan isterinya.

“Apa aku harus menerima tawaran dari Teddy?” batinnya dalam hati.

***

Semalam tadi Sutarman memutuskan untuk tidak tidur. Ia ingin menghabiskan malam terakhirnya untuk melihat isteri dan dua anaknya tertidur pulas tanpa beban. Ia sudah memikirkan masak-masak keputusan itu. Meskipun ia tak menginginkannya. Tapi ia tak punya pilihan lain.

“Mau kemana, Pak?” tanya isteri Sutarman pensaran.

Jarang sekali lelaki paruh baya itu berpakaian necis seperti pagi ini.

“Ada orang kaya yang ingin pakai jasaku. Tak usah khawatir. Kita bisa makan hari ini,” jawab Sutarman mantap. Ia tak ingin terlihat sedih di hadapan isterinya. Meskipun hatinya hancur. Tapi apa yang bisa ia lakukan. Apollo bukan jalan untuk mengubah kemiskinan yang melekat padanya sekian tahun ini.

“Dimana, Pak?” Isteri Sutarman tak yakin dengan jawabannya.

Sutarman menggeleng sembari menyunggingkan senyum, “tak usah kahawatir.”

“Jadi ada orang kaya yang suka Apollo Bapak? Pasti Bapak akan pulang dengan uang banyak, kan?” Si Sulung menambahi.

Laki-laki itu tersenyum mengiyakan ucapan anaknya barusan.

“Kita bisa makan ayam malam ini.”

Si Sulung loncat-loncat kegirangan.

“Bapak pergi dulu.” Tangannya ia ulurkan pada isteri dan dua anaknya.

“Ayamnya yang besar ya, Pak!” teriak Si Bungsu.(*)

 

*Cerpen ini pernah dimuat di Majalah Dinamika IAIN Salatiga 2014

 

 

 

3 Hal Wajib yang Perlu Disiapkan Sebelum Berangkat ke Luar Negeri

            Ah, lebay. Ke luar negeri aja pakai perisapan.

Bagi sebagian orang mungkin terkesan berlebihan. Tapi berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami, persiapan sekecil apapun itu ternyata sangat berarti. Bagi yang hanya sekadar berkunjung atau jalan-jalan mungkin tidak terlalu banyak persiapan. Beda halnya bagi yang akan magang atau tugas khusus di sana selama satu bulan atau lebih. Nah, dalam tulisan ini akan membahas apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum berangkat.

Paspor dan Visa

            Semua pasti tahu kali kalau ke luar negeri wajib punya paspor sama visa. Yup, semua orang juga tahu kelues! Menurut kamu. Tapi tidak semua, lho. Saya –orang ndeso kluthuk (saking ndeso-nya), dulu sempat tidak bisa membedakan paspor dan visa.

            Pokoknya kalau ke luar negeri harus punya dua itu.

            Lah, iya. Maksudnya perbedaan keduanya.

Saya hanya nyengir ketika semester awal-awal ditanya soal paspor dan visa. Ternyata dua hal yang saya anggap sama itu berbeda jauh. Paspor sama halnya dengan KTP atau ID Card lainnya. Jadi semacan identitas internasional. Sedangkan visa adalah ijin tinggal. Untuk yang satu ini mungkin beberapa negara sudah membebaskan visa untuk warga negara kita yang akan berkunjung. Seperti di negara-negara tetangga kita; Malaysia, Thailand, Singapura, Kamboja,  tidak mengharuskan adanya visa kalau masa tinggal  kita kurang dari satu bulan. Kalau lebih dari itu harus bikin visa, ya. Jangan sampai kena deportasi karena tidak punya ijin tinggal.

Untuk mengurus keduanya dibutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga minggu. Kalau paspor cukup di kantor imigrasi terdekat dengan menyertakan beberapa persyaratan penting misalnya kartu keluarga, KTP kita dan juga orang tua dll. Kalau visa pun juga ada beberapa persyaratan, dan harus datang langsung ke kedutaan negara yang dituju. Ribet, ya? Tapi jauh lebih ribet kalau ditangkap polisi luar negeri. Ha-ha-ha.

Bahasa

            Bahasa, untuk yang satu ini tidak wajib. Asal kalian bisa bahasa internasional dan pandai berbahasa tubuh, bolehlah. Tapi untuk yang memiliki rencana tinggal sedikit lebih lama, memahami bahasa negara yang akan dikunjungi sepertinya perlu. Paling tidak untuk percakapan sehari-hari dari yang paling sederhana. Misalnya tanya arah, tanya harga makanan, atau ucapan selamat pagi, dll. Tapi orang luar negeri kan nggak seramah orang Indonesia. Siapa bilang? Buktinya beberapa bulan yang lalu ketika saya magang di Bangkok, kami sering member ucapan selamat pagi sama penjaga. Berisik, iya. Biasa laiknya remaja yang suka berisik kalau lagi nyapa orang. Tanggapan mereka justru baik, bahkan sebelum kami sempat menyapa mereka sudah menyapa duluan. Sambil sesekali diajak ngobrol, meskipun seringnya kita nggak paham.

Tiket

            Tiket; hal yang tak boleh luput. Lha mau pakai apa kalau nggak pakai tiket. Tiket pesawat tentunya, ya. Kecuali kalau Batam-Singapura yang bisa dijangkau dengan boat. Kalau kebetulan kalian berencana untuk jalan-jalan, cobalah untuk merencanakannya jauh-jauh hari. Sehingga tiket yang kalian dapatkan pun jauh lebih miring. Atau kalau perlu pantengin terus website penyedia tiket pesawat, banyak maskapai yang banting harga tiket kalau pas musim liburan, siapa tahu ada promo Rp 0. Lumayan, kan! Saya pernah mau ambil promo yang beginian. Sayang, tanggalnya berubah jadi gagal, deh.

Cukup, ya. Kita bahas besok lagi. See ya!

*Thanks sudah mampir*

           

 

[Catatan Perjalanan]-Bangkok, Let Me Come Back!

IMG20151110172023
‘No caption needed.’

Sebenarnya perjalanan ini sudah berlangsung hampir satu  tahun yang lalu. Entah nyantol di mana, ide-ide tulisan yang rencananya ingin dibuat jejaknya di blog, menguap begitu saja. Tapi hari ini –di tengah kejenuhan menulis skripsi, saya kok ingin menuliskannya lagi, ya. Setidaknya untuk mengobati rindu dan keinginan saya untuk kembali.

Ah, Bangkok, let me come back.

Well, cerita ini saya awali dari ‘kenapa akhirnya saya menginjakkan kaki di negeri Gajah Putih ini.’ Ini bukan wisata, sama sekali bukan. Boro-boro wisata ke luar negeri, ke Lombok yang kece-nya minta ampun, saya belum pernah. Lah, terus ngapain akhirnya nyasar di Bangkok. Jadi ini semacam internship alias magang. Wow, magang! Keren! Hmm… ini nggak ada keren-kerennya. Beneran, biasa saja. Soalnya ini agenda rutinan kampus dan bayar sendiri –meskipun dapat amplopan yang lumayan buat beli gadget baru.

However, saya tetap bersyukur bisa terdampar di sana. Iya, kalian yang belum pernah ke luar negeri, saya sarankan tuliskan salah satu wish-list kalian pas buat resolusi awal tahun ‘jalan-jalan ke luar negeri’ atau ‘seminar internasional di luar negeri’ atau apapun yang ada tulisan luar negeri-nya.

Lah, bro, Indonesia aja udah keren. Ngapain repot-repot ke luar negeri. Buang-buang duit.

Memang Indonesia keren. Saya dulu jua berpikiran sempit seperti itu. Tapi coba lihat dari sudut pandang yang lain. Dengan kalian pernah menjejakkan kaki di negara tetangga, kalian akan belajar dan memahami banyak hal. Mulai dari fashion, kuliner, agama, budaya dan hal tak terduga seperti pengalaman saya tahu ada masjid  Jawa didekat Surasak –tak jauh dari Bangkok. Saya sungguh terkejut melihat perkampungan dengan orang-orang persis seperti orang-orang di kampung saya. Ternyata mereka adalah keturunan K.H. Ahmad Dahlan, pencetus Muhamadiyah. Mungkin kalau tidak begini saya tidak akan pernah tahu kalau ada keturunan beliau di negeri ini.

 Back to the topic. Akhirnya dari ketidak kerenan saya bisa ke Bangkok, pada tanggal 30 Oktober dini hari saya mendarat dengan selamat di bandara internasional Don Mueang. Tentunya dengan lelah yang luar biasa. Karena pesawat terpaksa harus delay akibat kebakaran hutan yang melanda Indonesia kala itu. But well, saya tetap harus bersyukur pernah terdampar di negara yang masuk daftar wish-list saya. *kedip-kedip*

BEASISWA DATAPRINT; Yuk Daftar!

Untuk kalian yang saat ini berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa, ada penawaran menarik dari Data Print nih. Yap, beasiswa untuk para pelajar yang saat ini duduk di bangku SMP/SMA dan juga tak lupa untuk mahasiswa. FYI, beasiswa ini pendaftarannya dibuka sebanyak dua kali dalam setahun. So, jangan sampai terlewatkan. Simak baik-baik peraturannya, ya.

Persyaratan Umum:

1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP/SMA hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/D4/S1

2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi

3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal

4.  Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.

5. Penerima beasiswa di periode 2 tahun 2015 tidak dapat menjadi penerima beasiswa di periode 1 tahun 2016.

Peraturan Lomba :

1.  Mengisi formulir registrasi di kolom Pendaftaran

2.  Satu nomor kupon yang terdapat di dalam produk DataPrint, hanya berlaku untuk satu kali registrasi

3.  Pendaftaran tidak dipungut biaya

4.  Isilah formulir dengan sebenar-benarnya.

5. Kolom NAMA, diisi dengan nama lengkap

6. Kolom KODE KUPON, diisi dengan kode yang tertera pada bagian belakang kupon yang ada di dalam produk DataPrint. Khusus untuk pendaftaran di periode 1 tahun 2016 masih dapat menggunakan kode kupon yang berlaku di tahun 2015.

7. Kolom EMAIL, diisi dengan email aktif yang masih berlaku

8. Kolom NO TELPON, diisi dengan no HP atau no telpon rumah yang masih aktif dan bisa dihubungi

9. Kolom JENJANG PENDIDIKAN, diisi dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh saat ini.

Contoh: SMA, D3, S1

10. Kolom NAMA PERGURUAN TINGGI/SEKOLAH, diisi dengan nama sekolah/perguruan tinggi tempat kamu menuntut ilmu.

11. Kolom PRESTASI YANG PERNAH DIRAIH, diisi dengan prestasi dari kompetisi yang pernah diikuti.

Sertakan keterangan waktu dan peringkat dalam kompetisi yang kamu ikuti tersebut.
Contoh: Juara Olimpiade Fisika tingkat Nasional pada tahun 2012 atau pada saat SMA

12. kolom KEGIATAN YANG PERNAH/SEDANG DIIKUTI, diisi dengan penjabaran partisipasi pendaftar beasiswa DataPrint pada kegiatan baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah/kampus.
Aktivitas berupa kuliah atau belajar di sekolah, tidak termasuk kegiatan. Kegiatan sebagai peserta seminar tidak dinilai.

13. Kolom LAMA MENGGUNAKAN DATAPRINT, diisi dengan waktu penggunaan produk DataPrint.

Isi kolom ini dengan sebenar-benarnya karena kolom ini TIDAK MEMPENGARUHI penilaian.

14. Kolom MENGETAHUI INFORMASI BEASISWA, diisi dengan narasumber awal yang memberitahu mengenai program beasiwa pendidikan DataPrint.

15. Kolom NAMA PEMBERI REKOMENDASI, diisi dengan nama orang yang merekomendasikan untuk mendaftar di program ini.

16. Kolom NILAI RAPORT (BAGI PELAJAR dan MAHASISWA BARU), diisi dengan total nilai secara keseluruhan beserta jumlah mata pelajaran pada semester terakhir. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh pelajar atau mahasiswa baru yang belum mempunyai IP.
Contoh: 98 dari 7 mata pelajaran

17. Kolom IPK TERAKHIR (BAGI MAHASIWA), diisi dengan nilai IPK atau jika belum memiliki IPK boleh diisi dengan nilai IP semester terakhir. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh mahasiswa, bukan pelajar.

18. Kolom SEMESTER, diisi dengan semester yang sedang ditempuh saat ini.

17. Kolom URL BLOG/FORUM/SOSIAL MEDIA, diisi dengan copy URL blog/thread yang kamu buat pada forum/status di media sosial kamu yang memuat informasi mengenai beasiswa DataPrint bukan essay. Mengisi kolom ini tidak bersifat wajib. Pengisian pada kolom ini akan menambah poin pada penilaian.

18. Kolom ESSAY, diisi dengan karya tulis/essay berisi hasil pemikiran kamu sendiri sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Panjang penulisan minimal 100 kata, maksimal 500 kata. Tema akan berubah setiap periode.
Dilarang mengcopy paste tulisan orang lain. Jika bermaksud untuk menyadur atau mengutip tulisan orang lain, tuliskan juga sumbernya. Tema essay, lihat di tab ESSAY. Essay yang terbukti hanya copy paste, maka peserta akan didiskualifikasi.

19.  Beasiswa akan dibagi menjadi 2 periode.

20.  Jika gagal di periode pertama, peserta BOLEH mendaftarkan diri di periode selanjutnya.

21.  Penerima beasiswa yang telah mendapat dana beasiswa di satu periode TIDAK DAPAT menjadi penerima beasiswa di periode selanjutnya.

22.  Waktu pendaftaran per periode:

Periode 1:

Periode 2:

22.  Perincian pemenang per periode sebagai berikut:

PERIODE JUMLAH PENERIMA DANA BEASISWA
@ Rp 1.000.000 @ Rp 500.000 @ Rp 250.000
Periode I  orang  orang  orang
Periode II  orang  orang  orang

23.  Penerima beasiswa akan diseleksi (bukan diundi) oleh tim dari DataPrint.

24.  Panitia tidak menghubungi penerima beasiswa. Nama penerima beasiswa  dapat dilihat di website ini, website DataPrint www.dataprint.do.id atau di www.facebook.com/dataprintindonesia . Simpan fotokopi raport terakhir atau IPK terakhir dan kupon sebagai bukti sah verifikasi jika Anda terseleksi sebagai penerima dana beasiswa.

25.  Dana beasiswa akan diberikan sekaligus dan secara langsung kepada penerima di periode tersebut.

26.  Dana beasiswa akan dikirimkan dalam jangka waktu paling lambat satu bulan setelah pengumuman dan atau setelah selesainya pemberkasan dari para penerima beasiswa. Beasiswa diberikan satu kali, bukan setiap bulan.

27.  Beasiswa akan ditransfer melalui bank BCA. Bagi penerima beasiswa yang menggunakan rekening bank lain, biaya transfer sebesar Rp 6.500 ditanggung penerima (beasiswa akan dipotong Rp 6.500).

28.  Penerima beasiswa akan diumumkan di website DataPrint www.dataprint.co.id ,  page Facebook DataPrint www.facebok.com/dataprintindonesia dan www.beasiswadataprint.com

Tema Essay dapat dilihat di tab “ESSAY”

Sudah paham? Atau masih bingung. Tenang saja, untuk informasi lebih detail-nya silahkan klik link ini. Selamat mencoba!

 

Jomblo dan Mahasiwa Tingkat Akhir

Sebenarnya ketika menuliskan judul ini saya berasa ingin jungkir balik dan ngakak guling-guling. Kenapa? Karena dua hal ini sangat tidak bisa dilepaskan dari kata yang sangat populer di kalangan anak muda saat ini. Bafara-yubafiru-alias baper. Saya jadi ngebayangin anak-anak mahasiswa akhir yang lagi berjuang skripsi dan sedang jomblo. Ah, kasihan sekali mereka. (Hey, mau neriakin diri sendiri!)

Mahasiswa tingkat akhir dan para jomblo-er memang tidak bisa dipisahkan dari kata baper. Ya, bagaimanapun mereka sedang menghadapi persoalan yang tidak gampang.

Mahasiswa tingkat akhir biasanya banyak disibukkan oleh persoalan judul skripsi yang tak kunjung acc,  dosen pembimbing yang suka php; janjian ketemu jam 9 tapi suruh nunggu sampai jam 12, dapat bonus corat-coret dari dosen pembimbing, atau mungkin sering dihujani pertanyaan kapan wisuda? kapan nikah? kerja dimana? Rumit sekali kan?

Kalau jomblo, hmmm. Saya pikir persoalannya jauh lebih rumit ya ketimbang mahasiwa tingkat akhir. Lihat saja kalau malam minggu, statusnya dipenuhi doa minta hujan. Lha emang kalian pikir sosial medai pawang hujan yang bisa bantu mewujdukan permintaan kalian. Kepekaan sosialnya dipertanyakan kalau kayak begitu. Lha, kalian apa nggak mikirin yang sudah dandan cantik dan ribetnya aja udah mulai sejak ashar bahkan ada yang persiapan mental segala demi bertemu mertua. Kok kalian tega mendoakan hujan padahal teman-teman kalian yang nggak jomblo lagi berbahagia dan deg-deg ser. Jadi guys kalau kalian kebetulan jomblo, ya dinikmati saja. Kalau nggak mau ya cari dong biar nggak jomblo lagi. Jangan sampai nulis status lagi di medsos cuma minta hujan. Kasihan temenmu! XD

Nah, bagaimana kalau kasusnya kalian mahasiswa tingkat akhir dan jomblo. Itu nasib! (peace) Sebenarnya ketika saat ini kalian mengalami nasib mengenasakan ini, harusnya kalian bersyukur. Loh kok bisa? Ya, dong. Artinya Tuhan sayang sama kamu. Biar kamu fokus sama skripsi dan dijauhkan dari drop out. Tapi kan butuh suport? Lha emang selama ini orang tua kalian anggap apa? Bukannya justru mereka supporter utamamu.

So, guys, nggak usah baper lagi. Dinikmatin saja. Semangat skrpsi! XD

 

 

Luka Bapak

Tiga tahun sudah, Bapak

Kau meringkuk memeluk kesakitanmu,

aku tanya jawabmu tak apa

tahun itu memang bukan tahun kita

jangankan mengenang, mengingat saja aku sudi

hatiku koyak, Bapak

tapi kau selalu berusaha kuat meski lukamu semakin menjadi, darahmu  deras mengucur

‘Ssst, ini takdir Tuhan’… selalu begitu ketika aku mengganti perbanmu

membebat luka yang sungguh tak ingin kusaksikan

tiga tahun berlalu,

lukamu belum apa-apa

beberapa kali kulihat matamu meneteskan kesedihan

ah, Bapak! sudah kuputuskan, lukamu kulupakan

aku harap kau tak lagi memintaku membebat lukamu

aku tak kuasa, Bapak

lukamu masih nyata.